Sejarah Desa Garajati


 Sejarah Desa Garajati

Menurut catatan sejarah yang ada di desa, asal muasal Garajati berasal dari peristiwa berubahnya sebuah tongkat yang menjadi pohon jati. Tidak jelas kapan terjadinya peristiwa ini, catatan itu hanya menyebut bahwa kejadiannya sudah ada sebelum tahun 1915 M. Tongkat yang dimaksud itu adalah tongkat yang konon merupakan pasak bagi perlindungan masyarakat dari anasir-anasir negatif yang kapan saja bisa datang dan melanda desa.
Dalam lanjutan catatan itu dituliskan bahwa tongkat yang dianggap sebagai pelindung desa tadi berkaitan dengan Buyut Muhamad Toha, sosok yang dianggap masyarakat setempat sebagai seorang wali penyebar agama Islam. Pada awal kedatangannya ke daerah yang kelak bernama Garajati itu, Muhamad Toha muda berselisih dengan pemuda lain karena memperebutkan hati gadis jelita setempat yang bernama Dewi Ayu Sekar Sejagat.
Singkat kata, pemuda lain yang namanya tidak dikenal tersebut kalah dan terlempar dalam sebuah duel sehingga mengakibatkan sebuah batu terpecah. Batu tersebut kini dikenal sebagai “Mungkal Beulah” yang menjadi batas desa dengan dua desa lainnya. Khawatir akan diserang secara mistis, desa itu kemudian dilindungi Muhamad Toha dengan tongkat jati yang ditancapkannya. Dari peristiwa itu lah nama Garajati muncul, yaitu terlindung “Gara-Gara Jati”. Meskipun cerita itu belum ditelisik secara ilmiah, namun sebagian masyarakat mempercayai peristiwa itu sebagai asal muasal desa.
Dalam sumber-sumber sejarah, nama Garajati mulai terlihat dalam catatan yang ada pada tahun 1800an. Koran-koran Belanda pada kurun waktu itu menceritakan sejumlah hal, antara lain yang berbicara tentang Dusun Cimuncang (yang pada perkembangan selanjutnya bertransformasi menjadi Desa Karangbaru) dan persawahan yang mendapat perhatian dari pemerintahan kolonial.
Pada zaman revolusi kemerdekaan, Garajati menjadi tapal batas kuasa para pejuang Indonesia yang saat itu banyak bersembunyi di wilayah Ciwaru. Para tentara KNIL Belanda berpikir ulang untuk melewati Sungai Cisanggarung saat mengejar orang-orang republik, oleh karena itu mereka lebih memilih untuk melancarkan tembakan-tembakan meriam (yang disebut warga sebagai kanon) ketimbang menyeberangi sungai.

Comments

Popular posts from this blog

ASAL-USUL DESA TANGKIL / nambo CIREBON

SEJARAH DESA CIGARUKGAK CIAWI GEBANG KUNINGAN

Asal Usul Desa Kedawung